Bagaimana rasanya jika Jakarta sepi?
Jakarta sepi adalah idaman hampir semua orang yang tinggal di kota besar ini. Kota dengan penduduk sebanyak 10,4 juta jiwa ini sudah sangat penat. Sepenat deburan asap knalpot kendaraan bermotor yang menyesap dalam hisapan nafas manusia Jakarta. Sesak melingkupi jalur lalu lintas sehingga membuat laju manusia terhambat.
Sebuah jalan menjadi tempat berbagi laju semua aspek gerak manusia Jakarta. Didominasi oleh kendaraan bermotor pribadi, angkutan umum, pejalan kaki, dan moda transportasi lainnya. Seperti kendaraan bak terbuka, truk, bis antar kota. Belum lagi pedagang kuliner keliling yang menggunakan gerobak untuk berdagang. Ditambah pedagang yang memiliki lapak pinggir jalan. Semua membaur menjadi satu.
Selayaknya sebuah organisme, Jakarta sepi adalah sebuah cara untuk menyegarkan diri. Ketika pada hari-hari biasa yang penuh dengan kesibukan dan hiruk pikuk. Maka saat lebaran tiba, Jakarta menyegarkan diri. Langit yang tadinya cenderung berwarna abu-abu keruh, saat lebaran berubah menjadi biru cerah. Polusi asap kendaraan mendadak lenyap, udara menjadi lebih segar. Jalanan yang tadinya ramai, mendadak sepi senyap. Meninggalkan sisa-sisa kenangan bahwa di lokasi ini adalah simpul kemacetan yang paling parah. Bahwa pada sudut jalan itu sering terjadi pengendara yang saling senggolan. Atau situasi kendaraan bermotor yang melawan arah, hanya karena ingin mencari jalan pintas.
Ya, begitulah hiruk pikuknya.
Biarkan Jakarta menjadi sepi walau sejenak. Menyegarkan dirinya untuk menjadi penat kembali saat libur lebaran telah usai. Saat mungkin jumlah pendatang yang ingin mengadu nasib di Jakarta sedikit bertambah.
Terminal Blok M, Jakarta Selatan dengan tiang flyover yang masih kosong, 2011.
Bis terakhir yang pulang setelah semalam dipakai keliling kota, takbiran.
Jl. Jendral Sudirman, depan FX.
Jalan Jendral Sudirman yang lengang pada tahun 2011.
Saatnya pulang.
Biasanya pada hari-hari akhir libur lebaran, kerinduan akan hiruk pikuk mulai muncul. Bagi yang tidak mudik, suasana Jakarta sepi ini cukup mencekam terutama bagi lidah. Karena pedagang kuliner, baik yang keliling ataupun yang punya lapak, menjadi susah ditemukan. Saat dimana opor ayam dan rendang daging sudah terasa membosankan. Saat dimana lidah ini butuh ketoprak, mi pangsit, atau bakso yang hilang saat Jakarta sepi.
Satu hal lagi yang mesti diwaspadai adalah bahwa galon aqua menjadi susah ditemukan. Sehingga patut diusahakan untuk mulai membeli galon aqua tambahan sebelum libur lebaran tiba.
Nanti ketika semua sudah kembali penat seperti biasanya, Ramadan kembali kita rindukan. Semoga kita dipertemukan dengan bulan Ramadan tahun depan. Selamat Idul Fitri teman-teman, mohon maaf lahir dan batin.