Suatu pagi pada bulan puasa, saya membaca sebuah berita dari majalah Tempo yang saya dapat dari kantor beberapa hari sebelumnya. Ada sebuah artikel yang menarik perhatian saya. Tentang pencurian rel kereta api. Yang menurut artikel tersebut harga rel kereta api sepanjang 1 meter kalo saya tidak salah adalah Rp 50.000,-. Tidak hanya relnya saja yang dicuri, tetapi juga komponen dari rel tersebut, termasuk baut dan mur serta besi-besi pendukung rel itu. Tidak heran jika kecelakaan kereta sering terjadi… Yah, tentu saja terjadi! Lha wong, jalanan untuk keretanya saja hilang…

Lalu, saja beranjak ke depan pesawat televisi, melihat berita pagi. Lagi-lagi berita yang saja dapatkan adalah berita yang tidak enak. Tawuran mahasiswa di daerah Diponegoro. Makin mumet saja, pagi itu…

Berita kedua yang saya konsumsi pagi itu adalah, penjualan barang-barang konsumsi makanan yang sudah kadaluwarsa di supermarket. Halah! Apa lagi ini… Semakin dekat ke lebaran semakin banyak orang yang menginginkan keuntungan lebih dari penderitaan orang lain. Tambah mumet saya… Sumpah serapah pun keluar…

Kawan saya, yang sedari tadi memperhatikan saya sedang ngedumel sendiri di depan TV, mulai bertanya. Ada apa? Singkat cerita kami berdua berdiskusi tentang “dumelan” saya itu. Tidak ada solusi dari diskusi kami tersebut. Tetapi intinya adalah, kawan saya itu memberikan pendapatnya, bahwa kita paling tidak harus bisa lebih sensitif dan mendekat kepada lingkungan sosial kita. Kita pada akhirnya harus lebih berani meminta dan berkomentar pada sesuatu yang kita percayai.

“Komentari saja hal-hal yang menurut lo tidak berkenan di hati lo dan di hati orang-orang sekitar lo”. Contohnya kata kawan saya itu, “Jika kita naik bis kota, dan bis tersebut ugal-ugalan, teriak saja kepada sang supir untuk tidak ugal-ugalan. Jangan menjadi apatis di dalam lingkungan yang sudah tidak sehat ini”.

Saya merenung…

Setiap hari kita disuguhkan berita-berita buruk, berita yang tidak mengenakan. Kebakaran hutan, banjir, bencana lumpur, gempa, korupsi, pembunuhan, bunuh diri, TKI dan TKW yang disiksa majikannya, pencurian, belum lagi berita-berita perceraian dan selingkuhnya para selebritis, berita-berita kriminal yang katanya untuk mendongkrak korps kepolisian RI, bahwa mereka ada untuk melindungi masyarakat, penggusuran… Halah! Banyak lagi berita yang membuat langkah kita di pagi hari menjadi gontai.

Tetapi sekalinya ada berita yang sangat bagus, berita yang membuat kita terinspirasi, berita baik, berita yang membuat kita bangga. Kolomnya sangat kecil, sangat kecil saya ulangi. Prosentasenya dengan berita buruk sangatlah rendah. Yah, saya membacanya di Kompas, berita tentang seorang anak kelas 6 SD yang memenangi lomba membuat design perangko untuk UNICEF tentang kemiskinan. Dia menang juara pertama dengan menyisihkan 1500 pesaingnya. Apakah itu membanggakan? Sangat! Tetapi tidak sebanding dengan terpaan berita buruk yang kita terima.

Sebuah film, “Enemy at The Gates”, sebuah film tentang pertempuran antara tentara soviet dengan jerman di sebuah kota Stalingard. Tentara Soviet mencoba mempertahankan daerah itu dari invasi tentara Jerman. Salah satu perwira politik, yang bertempur lewat propaganda tulisan dan surat kabar, dari Soviet mengatakan bahwa saat ini yang dibutuhkan oleh tentara Soviet dan seluruh rakyat Soviet adalah harapan. Bahwa kita membutuhkan itu untuk memberi dorongan dan semangat bertempur dan membela negara. Akhirnya dia menemukan bahwa yang mampu memberi semangat itu adalah seorang tentara yang bernama Vasilli. Dia adalah seorang Sniper, penembak jitu, yang ditemuinya secara tidak sengaja di sebuah pertempuran. Dia mampu menembak 5 orang tentara Jerman dalam waktu 1 menit tanpa kehilangan satu peluru dari jarak 50 meter. Akhirnya dia mempropagandakan tentang Vasilli, dan terbukti bahwa propaganda tentang Vasilli mampu mendongkrak naik harapan dan semangat seluruh tentara dan rakyat Soviet di Stalingard.

Kembali ke negeri kita tercinta… Apakah kita memang telah kehilangan harapan? Tidakkah ada informasi yang mampu membangkitkan semangat kita untuk membangun bangsa ini? Sampai kapan informasi yang buruk ini memenjara semangat dan harapan kita? Sudah semakin banyak orang apatis di negeri ini.